THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Jumat, 29 Mei 2009

Cintanya, cinta sim salabim abra kadabra


Tanpa ku sadari, tanpa ku janji dan tanpa ku harap. Dia mendatangiku dengan naung indah cintanya, cinta ajaib yang muncul tanpa sangka.
Saat itu, saat awal benih cinta tumbuh. aku mengajaknya jalan setelah seminggu sebelumnya aku mengenal identitasnya. Aku mengajaknya pergi ke sebuah pantai, wisata terdekat daerahku. Aku berharap ia suka dengan tempat pilihanku itu, dan Ternyata ia begitu menikmati romantisisme hawa sejuk pantai itu. Aku tidak tahu, apakah ia suka pantai atau karena ada aku yang menemaninya?
Sepulangnya dari tempat itu, aku mengajaknya menikmati suasana lesehan. Tempat itu sederhana tapi mengagumkan. Disitu aku banyak bertanya padanya, dimana rumahnya (saat itu ia ngekos), apa kesukaannya, apa ia suka jalan dan banyak kalimat Tanya lainnya yang ku lontarkan. Ia menjawab pertanyaanku semua tanpa satupun sisa. Ia tertawa dengan lesung pipitnya dengan tanyaku yang bertubi-tubi, terkadang tangannya menghempas ke tubuh mengajakku bercanda, aku pun meresponnya. Ia seperti bukan kenalan baruku lagi, ia begitu sangat dekat denganku.
Dua hari setelah pertemuan itu, siang 14.07 WIB. Ia meninggalkan sebuah pesan singkat saat aku istirahat dan baru ku baca jam tigaan lebih. Pesan itu mengagetkanku, hingga mataku membinar meneliti kata-kata pesan itu. Sungguh tak ku sangka, tanpa janji, ia mengajakku pergi ke sebuah wisata di perbukitan saat itu pula. Aku pernah curhat padanya tentang bukit itu, bahwa aku sama sekali tidak pernah kesana walau banyak orang terdekatku pernah menikmati suasananya. Dan ia bilang, kalau ia pernah juga menikmati suasana itu.
Mungkin ia ingin memberikanku kejutan, dengan mengajakku ke tempat yang belum pernah sama sekali ku singgahi. Perbukitan itu. Tanpa ku pikir, aku membalas pesannya dan sanggup untuk pergi. Jam empat lebih, aku tiba di tempat kostnya. Ia sedikit antusias mengajakku pergi walau perbukitan itu sedikit jauh, sekitar setengah jam lebih menghabiskan waktu untuk kesana.
Jam lima kurang seperempat, aku sudah tiba di atas bukit. Sungguh menakjubkan, aku terpana menikmati keindahannya, ditambah lesung pipitnya yang selalu memperhatikanku. Aaaduh……. Rasa apa yang ada dihati ini…??
Kini, ia berdiri persis di depanku. Awalnya aku tak mampu, tapi dengan kegemasannya aku kuasa memeluknya. Ia bilang, ia tidak pernah sama sekali menikmati keindahan dalam nyaman dan tenang seperti ini. Dan ia pun curhat tentang cinta itu, dengan cinta yang tidak pernah ku harap sama sekali. Karena ia sebenarnya, teman dari seseorang yang aku kagumi, dan aku ingin mengenal dan meminangnya.

Readmore.....