THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Senin, 15 Juni 2009

Sambung "Tangisku tuk Muhammad"

Astaghfirukan wa atubuilayka aku mohon ampunan atas dosa-dosa yang pernah hamba lakukan dan aku bertobat padamu. Suara tangisan hati itu tak bisa aku hilangkan dari rajut pikiran yang terselubung ini, dengan desah tangis perasaanku saat ini bisa mewakili tangis hati mereka. Mereka yang melarat, yang susah, yang payah, yang merasakan ketidak nyamanan dalam hidupnya karena keadaannya yang miskin. Tetesan air mata itu selalu terkucur saat sesuap demi sesuap nasi mereka nikmati, betapa dalam rasa sengsara yang mereka rasakan melihat nasi yang dinikmatinya itu tak pantas dimakan oleh orang tak terkecuali mereka. Nasi aking nasi yang sudah basi dimasak lagi untuk dimakan. Apalah keinginan hanya itu yang ada. Masyaallah, memang allah maha bijaksana dan sungguh bijak sabda nabi itu
Mereka yang menjadikan jembatan sebagai rumah tempat tinggal berdiam dan berkumpul dengan keluarganya, dan sebagian lainnya yang memiliki rumah yang tidak lagi utuh dan kuat. Mulut mereka tersenyum, tertawa tapi hati mereka sengsara. Cdan a keluarga merekapun sebagai penghibur lara hati yang mereka rasakan. Ibu bapak berharap agar anaknya esok menjadi anak yang berguna bagi orang lain dan bangsanya. Tapi kepedulian bangsa terhadap mereka?disebut wakil rakyat tapi tidak bisa mewakili inspirasi derita rakyat fakir miskin? Ya Allah apakah tiada dosa bagi pejanji-pejanji itu? Ya rab bukankah orang dhalim orang yang mengetahui tapi tidak membantunya dan orang yang mengaku sebagai pemimpin mereka? Aku memohon padamu atas nasib yang mereka alami. Berikanlah mereka sehat jasmani tubuh yang sehat, kekuatan tenaga untuk berkasab di jalanmu karena hanya anugerahmu itu saja yang mereka miliki. Dan berikanlah mereka kekuatan rohani keimanan yang teguh dalam menghadapi cobaan dan rintangan itu semua hingga tak goyah iman mereka.
Ya Allah ya Malikal Mulki pancarkan sinar keikhlasan itu dari hambamu yang sengsara ini, hambamu ini selalu mengharap cahaya Muhammad kekasihmu ada pada hamba dan umatnya yang sengsara ini, kami ingin rahmatmu yang agung itu, rahmat yang kau janjikan bagi mukmin yang sejati.
Memang kau berikan cobaan pada hamba-hambamu yang miskin ini lebih berat dari hamba-hambamu yang tamak. Tapi berikanlah kami, anugerahkah kami hati yang tenang, tidak gelisah, tidak takut, tidak sedih, tidak pesimis, dalam menghadapi semua persoalan. Surga yang mengalir dibawahnya sungguh indah hati hamba ini rasakan, urat-urat kecil, sel-sel dalam tubuh ini melonta-lonta ingin akan rasakan segar air surga yang penuh dengan nikmatmu itu. Jemari tangan ini ingin selalu memutar bundaran tasbih, mulut ini ingin selalu basah, tenggorokan pun rela mongering demi berdzikir padamu. Perut lapar tak terasa, tubuh yang lemah ini semangat dalam lingkupmu. Hati dan pikir yang kian memuncak tak bisa terbendung lagi ingin bersama kekasihmu Muhammad bertemu denganmu di taman yang kau ciptakan dengan beribu kenikmatan.
Ya malikal mulki dzal jalali wal ikrom yang memiliki tubuh ini. Tak kuasa hamba ini menghadapmu kala kami lupa padamu. Lupa atas segala nikmat yang kau anugerahkan tak ubahnya seperti anak durhaka yang lupa akan budi baik ibu yang telah mengdan ungnya, melahirkannya, dan merawatnya hingga ia tumbuh dewasa. Sungguh banyak tumpukan dosa pada tubuh ini. Banyak nikmatmu yang kami lalaikan dari bertafakkur dan mensyukuri. Apakah dengan air tetesan mata ini bisa mengampuni kelalaian kami? Ya rahman ya rahim jadikanlah hati ini hati yang ikhlas yang kan selalu bersyukur padamu, yang kan selalu mentafakkuri nikmatmu. Jadikanlah seluruh anggota tubuh ini tubuh yang beristiqomah dalam beribadah yang selalu tunduk atas perintah-perintahmu dan menjauhi laranganmu dan yang selalu berdzikir padamu di setiap saat dan dimana tempat. Jauhilah kami dari tulisan omongan yang kau murkai, yang selalu ingin berdakwah tanpa diri ini melakukannya sendiri. Ya Gaffar dzat yang selalu menerima taubat hambanya, hamba ingin selalu menjadi hamba yang selalu bertaubat padamu disetiap saat dan dimana tempat.
Di dalam melangkah aku bertafakkur, belajar meratapi hidup dengan sebuah mangkok, di dudukku aku termenung mentafakkuri nikmat yang kau berikan padaku. Sungguh kaya sebenarnya aku ini tak terlihat oleh siapa saja yang memandan gku, di keterlelapanku aku mendengar semua kegiatan rutinitas itu, ku lihatnya tak sanggup diri ini menatapnya. Seakan Sel-sel itu mengejariku dalam kegelapan cepat….sangat cepat ia mengejarku, ia pun menghadan gku tak tau hidan gan apa yang akan ia berikan padaku. Kenapa kau tidak bersyukur?ia bertanya padaku seperti halnya malaikat mungkar dan nakir yang berteriak seraya banyak menanyakan persoalan bagi pemaksiat. Sel itupun menjauh, jauh……jauh tak kulihatnya lagi. Sekarang aku seakan berada di sebuah tempat luas tanpa batas terang menderang tiada sedikit keremanganpun. Aku berdiri tapi tak menginjak, bawah? Sungguh dalam bawah aku lihat. Atas? Sungguh tinggi aku tatapnya. Ku pejamkan mata serentak tak bergerak dan ku pelakkan lagi. Masyaallah subhanallah sungguh Allah maha kaya tiada kaya yang membdan inginya. Sungguh adil keputusan-keputusan Allah itu. Aku tak sanggup menatap apa yang ada dihadapanku saat ini, sekujur tubuh ini bergetar tak kuasa melihat. Bibir ini bergerak hanya memuji kekuasaan Allah, seorang putri cantik……cantik yang tak kalah cantiknya dengan putri tercantik sebumipun. Hati ini tak rela melihat kulit tubuhnya yang sungguh sangatlah indah tuhan ciptakan tersinggah lalat. Subhanallah sungguh indah ciptaanmu ini, wajahnya yang mungil, lugu yang tak berdosa itu membuat bibirku selalu tersenyum kala melihatnya. Tangannya begitu lembut tidak selembut yang aku pernah memegangnya. Ia menarik aku dengan kemanjaannya, kegenitannya membuat aku lunglai tak ingat siapa diri aku sebenarnya. Seraya ingin berlari kecil mengajak aku pada sebuah tempat yang aku lihat itu sebuah istana yang tidak pernah aku lihat kemegahannya sebelumnya. Setelah lama berlari dengannya aku pun sampai depan istana yang penuh dengan kemegahan itu. Tak kan pernah aku lupakan memori itu dengannya, kan aku tulis dengan tinta emas pada batu yang kan aku ingatnya selalu. Aku melihat banyak gadis di luar istana itu, sungguh sulit aku tuk membdan ingkan kecantikan mereka satu persatu. Sebagian mereka menghampiriku dan bertanya pada putri disampingku, setelah banyak bertanya mereka pun mengajakku beranjak ke dalam istana, pintu itupun mereka bukanya dan sungguh besar pintu yang aku lihat ini. Tapi takjubnya, wah…..aku tidak tau lagi apa yang terjadi denganku. Aku sadar dari ketermenungan yang melayang kemana saja kan bersinggah, ya allah apa mimpi indah hamba yang sengsara ini kan tercapai? Dengan hati yang lapang, tulus serta ikhlas dalam menjalankan ma’ruf yang kau ajarkan, semoga kamu merahmati dan meridloi segala amal ibadah hambamu ini dan berada di lindunganmu.
Ya Allah hamba yang sengsara lagi berdosa ini datang pada istana kerajaanmu untuk meminta ampun atas segala dosa yang telah diperbuat. Jika kau tolak taubat hambamu ini kepada siapakah aku bertobat dan siapakah yang kan merahmati hamba selainmu? Tiada tuhan kecuali engkau yang esa yang tiada sekutu bagimu. Bagimu kerajaan yang tiada membandinginya bagi mu segala puji syukur hamba-hambamu yang saleh. Engkau yang menghidupkan mahluk-mahlukmu dan engkau pulalah yang mematikannya, engkau yang menguasai atas segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi ini. Wahai dzat yang maha bijaksana, ku tawakkalkan segalanya padamu. Engkau mengetahui segala dosa yang samar dan segala dosa yang jelas.
Ya tuhanku aku tidak pantas untuk menjadi ahli penduduk surgamu7, yang kan menikmati 99 nikmat yang tidak kau berikan pada hambamu didunia bersama bidadari yang cantik. Dan aku tidak kuat jika aku harus merasakan panas api jahannam yang menyengat, yang tiada kebahagian menjadi penduduknya. Maka terimalah taubat hambamu ini dan ampunilah segala dosa, dosa-dosa hamba seperti banyaknya pasir, pasir yang menghampar di padan g ini. Maka terimalah taubatku wahai dzat yang maha agung. Umurku selalu berkurang dalam setiap hari sedan gkan dosaku terus bertambah tak terhitung.

0 komentar: